E-learning : Konsep, dan Strategi Pembelajaran di
Era Digital (Implementasi pada Pendidikan Tinggi)
20NOV
Pernah dipublikasi pada Jurnal Ilmiah Visioner Pada Tahun
2007
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme
belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep
yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh
terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital,
baik secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah
banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi
e-learning khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan
universitas).Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan
secara reguler di kelas (Wildavsky, 2001; Lewis, 2002). Namun, beberapa
perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi
mahasiswa yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan
secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai option
(pilihan) bagi mahasiswa.
Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai
salah satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan
semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi komunikasi
dan informasi. Infrastruktur di bidang telekomunikasi yang menunjang
penyelenggaraan e-learning tidak lagi hanya menjadi monopoli kota-kota besar,
tetapi secara bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh mereka yang berada di
kota-kota di tingkat kabupaten. Artinya, masyarakat yang berada di kabupaten
telah dapat menggunakan fasilitas internet.
Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan
pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia semakin kondusif dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Departemen Pendidikan Nasional (SK
Mendiknas) tahun 2001 yang mendorong perguruan tinggi konvensional untuk
menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (dual mode). Dengan iklim yang kondusif
ini, beberapa perguruan tinggi telah melakukan berbagai persiapan, seperti
penugasan para dosen untuk (a) mengikuti pelatihan tentang pengembangan bahan
belajar elektronik, (b) mengidentifikasi berbagai platform pembelajaran
elektronik yang tersedia, dan (c) melakukan eksperimen tentang penggunaan
platform pembelajaran elektronik tertentu untuk menyajikan materi perkuliahan.
II. PENGERTIAN DAN MANFAAT E-LEARNING
Pembelajaran elektronik atau e-learning telah
dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah
digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik,
antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual
learning, atau web-based learning.
Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-learning), yaitu: (a) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN). (Website eLearners.com), (b) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak, dan (c) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan (Newsletter of ODLQC, 2001). Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya: (a) lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning, (b) sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet, (c) rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar, (d) sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar, dan (e) mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-learning), yaitu: (a) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN). (Website eLearners.com), (b) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak, dan (c) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan (Newsletter of ODLQC, 2001). Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya: (a) lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning, (b) sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet, (c) rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar, (d) sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar, dan (e) mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Dengan demikian, secara sederhana dapatlah dikatakan
bahwa pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian,
interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar
lainnya (Brown, 2000; Feasey, 2001).
Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf (1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Dengan demikian diharapkan penerapan e-learning di perguruan tinggi dapat memberikan manfaat antara lain :
- Adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan dengan dosen
- Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas
- E-learning yang dikembangkan secara benar akan efektif dalam meningkatkan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi
- Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi dan menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi
- Meningkatkan kualitas dosen karena dimungkinkan menggali informasi secara lebih luas dan bahkan tidak terbatas
Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf (1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Dengan demikian diharapkan penerapan e-learning di perguruan tinggi dapat memberikan manfaat antara lain :
- Adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan dengan dosen
- Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas
- E-learning yang dikembangkan secara benar akan efektif dalam meningkatkan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi
- Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi dan menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi
- Meningkatkan kualitas dosen karena dimungkinkan menggali informasi secara lebih luas dan bahkan tidak terbatas
III. PROGRAM E-LEARNING
Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan (Natakusumah, 2002).
Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio pengajar perlu dikelola lebih baik dari pada ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat menggunakan peralatan, antara lain menggunakan audio, video materials, dan jaringan komputer selama pembelajaran berlangsung. Menurut Koswara (2006) kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu:
a. Mengerti tentang e-learning,
b. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa,
c. Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi baru,
d. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik,
e. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari,
f. Melakukan training dan praktek secara elektronik,
g. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan,
h. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para mahasiswanya.
Sementara itu untuk menghindari kegagalan e-learning, program-program yang perlu dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa antara lain :
- Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses pembelajaran : tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal kuliah, tugas, jadwal dosen, daftar referensi atau bahan bacaan dan kontak pengajar
- Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi, contoh uian yang lalu, FAQ (frequently ask question), sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-artikel dalam jurnal online
- Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi, papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi tugas dan batas waktu pengumpulannya
Salah satu contoh perguruan tinggi yang telah menerapkan e-learning secara baik dan berorientasi pada implementasi kampus digital adalah Universitas Bina Nusantara (Ubinus). Sistem yang dikembangkan disebut dengan Multi Canel Learning (MCL), dan e-learning merupakan salah satu chanelnya. MCL di Universitas Bina Nusantara merupakan model sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi yang terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu : (1) aktifitas dalam kelas (classroom); (2) aktifitas belajar mandiri (self study); dan (3) aktifitas e-learning. Saat ini, seluruh mata kuliah telah menggunakan MCL dengan komposisi aktifitas classroom dan e-learning yang terus diatur mengarah pada e-learning. Untuk mendukung operasional MCL, Ubinus menggunakan Learning Management System buatan sendiri yang dapat diakses melalui alamat http://www.ubinus.ac.id (lihat gambar 1 berikut).
Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan (Natakusumah, 2002).
Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio pengajar perlu dikelola lebih baik dari pada ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat menggunakan peralatan, antara lain menggunakan audio, video materials, dan jaringan komputer selama pembelajaran berlangsung. Menurut Koswara (2006) kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu:
a. Mengerti tentang e-learning,
b. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa,
c. Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi baru,
d. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik,
e. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari,
f. Melakukan training dan praktek secara elektronik,
g. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan,
h. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para mahasiswanya.
Sementara itu untuk menghindari kegagalan e-learning, program-program yang perlu dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa antara lain :
- Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses pembelajaran : tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal kuliah, tugas, jadwal dosen, daftar referensi atau bahan bacaan dan kontak pengajar
- Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi, contoh uian yang lalu, FAQ (frequently ask question), sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-artikel dalam jurnal online
- Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi, papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi tugas dan batas waktu pengumpulannya
Salah satu contoh perguruan tinggi yang telah menerapkan e-learning secara baik dan berorientasi pada implementasi kampus digital adalah Universitas Bina Nusantara (Ubinus). Sistem yang dikembangkan disebut dengan Multi Canel Learning (MCL), dan e-learning merupakan salah satu chanelnya. MCL di Universitas Bina Nusantara merupakan model sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi yang terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu : (1) aktifitas dalam kelas (classroom); (2) aktifitas belajar mandiri (self study); dan (3) aktifitas e-learning. Saat ini, seluruh mata kuliah telah menggunakan MCL dengan komposisi aktifitas classroom dan e-learning yang terus diatur mengarah pada e-learning. Untuk mendukung operasional MCL, Ubinus menggunakan Learning Management System buatan sendiri yang dapat diakses melalui alamat http://www.ubinus.ac.id (lihat gambar 1 berikut).
Gambar 1.
Learning Management System UBINUS (http://www.ubinus.ac.id)
Learning Management System UBINUS (http://www.ubinus.ac.id)
IV. EFEKTIFITAS E-LEARNING
Program e-learning yang efektif dimulai dengan
perencanaan dan terfokus pada kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan
mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat diseleksi ketika elemen-elemen ini
dimengerti secara detil. Kenyataannya, kesuksesan program e-learning
berhubungan dengan usaha yang konsisten dan terintegrasi dari mahasiswa,
fakultas, falilitator, staf penunjang, dan administrator.
- Mahasiswa. Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari mahasiswa adalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu didukung oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung pada hubungan teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas.
- Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha e-learning bergantung juga pada tanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa.
- Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator setempat yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih efektif, seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus mengikuti arahan yang sudah ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan peralatan, mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak sebagai instruktur setempat.
- Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program e-learning berhubungan juga dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga e-learning tetap pada jalur yang benar.
- Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program e-learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika program sedang beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan hanya sekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa e-learning merupakan tanggung jawab utama.
- Mahasiswa. Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari mahasiswa adalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu didukung oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung pada hubungan teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas.
- Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha e-learning bergantung juga pada tanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa.
- Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator setempat yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih efektif, seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus mengikuti arahan yang sudah ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan peralatan, mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak sebagai instruktur setempat.
- Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program e-learning berhubungan juga dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga e-learning tetap pada jalur yang benar.
- Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program e-learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika program sedang beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan hanya sekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa e-learning merupakan tanggung jawab utama.
V. STRATEGI E-LEARNING
Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang
pelaksanaan proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari
mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari
mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa; meningkatkan
kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan
informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan perangkat biasa sulit
untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar dengan
menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu. Untuk
mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning
perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan harus menunjang penyampaian
informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan sisi keindahan saja;
memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan;
memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan
mahasiswa.
Materi dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil
dari sumber-sumber yang valid dan dengan teknologi e-learning, materi bahkan
dapat diproduksi berdasarkan sumber dari tenaga-tenaga ahli (experts). Misalnya,
tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli mekanik menunjukkan
bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari mesin mobil. Dengan animasi 3
dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari mesin otomotif dua langkah.
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi
pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah
sebagai berikut :
- Learning
by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari;
contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang
calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat
tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya
- Incidental
learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal
menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang
mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik,
dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak
langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan
maya” ke daerah-daerah wisata.
- Learning
by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan
tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk
mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan
aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari
mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan
dari mahasiswa.
- Case-based
learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi
mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada
nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi
yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan
cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang
telah terjadi atas materi tersebut.
- Learning
by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi
terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami
suatu materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi
tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang cukup untuk
mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara
menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning).
Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai
tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk
mencapai tujuan tersebut.
VI. DISTANCE LEARNING
Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan
mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan
berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap
akan memperlebar jurang antara di kaya dan si miskin.
Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat
meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk
pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi
kesejahteraan ekonomi.
Romiszowski & Mason (1996) memprediksi
penggunaan Computer-based Multimedia Communication (CMC) sebagai cara
penyampaian materi e-learning bersifat sinkron (synchronous) dan asinkron
(asynchronous). Sinkron artinya bahwa dosen dan mahasiswa berinteraksi secara
waktu nyata (real time), beberapa perlatan yang menggunakan cara ini harganya
relatif mahal. Penyampaian materi dengan asinkron tidak secara bersamaan, dosen
menyampaikan instruksi melalui video, komputer atau lainnya, dan mahasiswa
merespon pada lain waktu. Misalnya instruksi disampaikan melalui web atau dan
feedback disampaikan melalui e-mail. Pengelompokan sinkron dan asinkron dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1.
Pengelompokan Penyampaian Materi Pembelajaran
Nama Sinkron Asinkron
Video Videoconferencing Videotape, Broadcast video
Audio Audioconferencing Audiotape, Radio
Data Internet chat, desktop videoconferencing E-mail, CD-ROM
Tabel 1.
Pengelompokan Penyampaian Materi Pembelajaran
Nama Sinkron Asinkron
Video Videoconferencing Videotape, Broadcast video
Audio Audioconferencing Audiotape, Radio
Data Internet chat, desktop videoconferencing E-mail, CD-ROM
Dengan menggunakan pendekatan yang terintegrasi ,
salah satu kegiatan dosen adalah menyeleksi dengan cermat berbagai teknologi
yang akan digunakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan para mahasiswa dalam memahami
materi secara efektif dan ekonomis
Dari ramalan dan pandangan para cendekiawan di atas masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga dan kompetitif’. Demikian juga di Indonesia arah penyerapan tenaga kerja akan ditentukan oleh kompetensi yang dibuktikan oleh sertifikat kompetensi, yang diberikan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi kepada peserta didik dan masyarakat yang dinyatakan lulus setelah mengikuti uji kompetensi tertentu (pasal 61 ayat 3). Dalam mengantisipasi perkembangan global dan kemajuan teknologi komunikasi, maka pendidikan jarak jauh diakomodasikan dalam sisdiknas, sebagai paradigma baru pendidikan. Pendidikan jarak jauh tersebut dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang berfungsi untuk memeberi layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular (pasal 31 ayat 1 dan 2).
Penerapan awal e-learning di Indonesia dimulai ketika universitas terbuka (UT) muncul (dapat diakses pada alamat http://www.ut.ac.id sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2), saat itulah e-learning dimulai. Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%.
Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.
Dari ramalan dan pandangan para cendekiawan di atas masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga dan kompetitif’. Demikian juga di Indonesia arah penyerapan tenaga kerja akan ditentukan oleh kompetensi yang dibuktikan oleh sertifikat kompetensi, yang diberikan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi kepada peserta didik dan masyarakat yang dinyatakan lulus setelah mengikuti uji kompetensi tertentu (pasal 61 ayat 3). Dalam mengantisipasi perkembangan global dan kemajuan teknologi komunikasi, maka pendidikan jarak jauh diakomodasikan dalam sisdiknas, sebagai paradigma baru pendidikan. Pendidikan jarak jauh tersebut dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang berfungsi untuk memeberi layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular (pasal 31 ayat 1 dan 2).
Penerapan awal e-learning di Indonesia dimulai ketika universitas terbuka (UT) muncul (dapat diakses pada alamat http://www.ut.ac.id sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2), saat itulah e-learning dimulai. Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%.
Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.
Gambar 1.
Pembelajaran Online Universitas Terbuka (http://www.ut.ac.id)
Pembelajaran Online Universitas Terbuka (http://www.ut.ac.id)
Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain
harus memiliki unsur sebagai berikut:
- Pusat
kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus
mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana
mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari
informasi dan sebagainya.
- Interaksi
dalam group; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk
mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam
group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang
diberikannya.
- Sistem
administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi
mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya.
- Pendalaman
materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas
yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta
melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat
diantisipasi oleh web based distance learning.
- Perpustakaan
digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak
terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara,
gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk
database.
- Materi
online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga
bahan bacaan dari web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa
dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk di
publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.
VII. KESIMPULAN
- Keberhasilan
e-learning ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan
mahasiswa, antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara mahasiswa
dengan mahasiswa lainnya, dan adanya pola pembelajaran aktif dalam
interaksi tersebut.
- Bila
pembelajaran bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan
mahasiswa, interaksi antar kelompok, administrasi penunjang sistem,
pendalaman materi, ujian, perpustakan digital, dan materi online. Dari
sisi Teknologi informasi; dunia Internet memungkinkan perombakan total
konsep-konsep pembelajaran yang selama ini berlaku.
- Teknologi
informasi dan telekomunikasi yang murah dan mudah akan menghilangkan batasan
ruang dan waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan. Beberapa
konsekuensi logis yang terjadi antara lain adalah: (1) Mahasiswa dapat
dengan mudah mengambil matakuliah dimanapun tanpa terbatas lagi pada
batasan institusi & negara; (2) Mahasiswa dapat dengan mudah berguru
dan berdiskusi dengan para tenaga ahli atau pakar di bidang yang
diminatinya; (3) Materi kuliah bahkan dapat dengan mudah diambil di
berbagai penjuru dunia tanpa tergantung pada perguruan tinggi dimana
mahasiswa belajar. Berbagai peluang tersebut diatas masih menghadapi
tantangan baik dari biaya, kesiapan infrastuktur teknologi informasi,
masyarakat, dan peraturan yang mendukung terhadap kelangsungan e-learning.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.. 2004. E-learning in Indonesian Education System. A paper presented at Seminar-Workshop on E-learning : The Seventh Programming Cycle of APEID Activities, 30 August-6 September 2004 in Tokyo and Kyoto, Japan
Bates, A. W. (1995). Technology, Open Learning and Distance Education. London: Routledge.
Brown, Mary Daniels. 2000. Education World: Technology in the Classroom: Virtual High Schools, Part 1, The Voices of Experience. http://www.education-world.com/a_tech/tech052.shtml ( 16 September 2002).
Koswara, E. 2005. Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-learning : Peluang dan Tantangan. Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 Mei 2005
Moore, M.G. & Kearsley, G. (1996). Distance education: A sistems view. New York: Wadsworth Publishing Company.
Moore, M.G.; et al. (1990). The effects of distance learning: A summary of the literature. Research Monograph No. 2. University Park, PA: The Pennsylvania State University, American Center for the Study of Distance Education. (ED 330 321)
Natakusumah, E.K. (2002); Multimedia sebagai sarana pembelajaran; Lokakayra Multimedia sebagai sarana pembelajaran metode learning based; DUE-Like TPB ITB, 13 Nopember 2002.
Natakusumah, E.K. (2002); Teknologi informasi pada pendidikan jarak jauh, Orasi Ilmiah pada Wisuda STMIK Bandung, 12 Januari 2002, Grand Aquila Hotel, Nusantara Ball Room, Bandung.
Newsletter of Open and Distance Learning Quality Council, October 2001. http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19-e.html (16 September 2002)
Rosenberg, M.J. 2001. e-learning : Strategies for Delivering Knowledge in The Digital Age. The McGraw-Hill Companies Inc.
Siahaan, S. 2004. E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Pembelajaran http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/ sudirman.htm (3 November 2006)
Verduin, J.R. & Clark, T.A. (1991). Distance education: The foundations of effective practice. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers.
Willis, B. (1993). Distance education: A practical guide. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.
Wulf, K. (1996). Training via the Internet: Where are We? Training and Development 50 No. 5. (20 September 2006).
Ali, M.. 2004. E-learning in Indonesian Education System. A paper presented at Seminar-Workshop on E-learning : The Seventh Programming Cycle of APEID Activities, 30 August-6 September 2004 in Tokyo and Kyoto, Japan
Bates, A. W. (1995). Technology, Open Learning and Distance Education. London: Routledge.
Brown, Mary Daniels. 2000. Education World: Technology in the Classroom: Virtual High Schools, Part 1, The Voices of Experience. http://www.education-world.com/a_tech/tech052.shtml ( 16 September 2002).
Koswara, E. 2005. Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-learning : Peluang dan Tantangan. Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 Mei 2005
Moore, M.G. & Kearsley, G. (1996). Distance education: A sistems view. New York: Wadsworth Publishing Company.
Moore, M.G.; et al. (1990). The effects of distance learning: A summary of the literature. Research Monograph No. 2. University Park, PA: The Pennsylvania State University, American Center for the Study of Distance Education. (ED 330 321)
Natakusumah, E.K. (2002); Multimedia sebagai sarana pembelajaran; Lokakayra Multimedia sebagai sarana pembelajaran metode learning based; DUE-Like TPB ITB, 13 Nopember 2002.
Natakusumah, E.K. (2002); Teknologi informasi pada pendidikan jarak jauh, Orasi Ilmiah pada Wisuda STMIK Bandung, 12 Januari 2002, Grand Aquila Hotel, Nusantara Ball Room, Bandung.
Newsletter of Open and Distance Learning Quality Council, October 2001. http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19-e.html (16 September 2002)
Rosenberg, M.J. 2001. e-learning : Strategies for Delivering Knowledge in The Digital Age. The McGraw-Hill Companies Inc.
Siahaan, S. 2004. E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Pembelajaran http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/ sudirman.htm (3 November 2006)
Verduin, J.R. & Clark, T.A. (1991). Distance education: The foundations of effective practice. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers.
Willis, B. (1993). Distance education: A practical guide. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.
Wulf, K. (1996). Training via the Internet: Where are We? Training and Development 50 No. 5. (20 September 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar